Pengetahuan dan Iman

Kemarin kita berdiskusi tentang persoalan "apakah pengetahuan itu?" Untuk membahas persoalan ini saya mulai dari rumusan klasik bahwa pengetahuan adalah kepercayaan benar yang terjustifikasi atau 'justified true belief' (lupakan dulu persoalan yang disampaikan Gettier ya). Jadi unsur dari pengetahuan ada tiga yaitu kepercayaan (belief), kebenaran (truth), justifikasi (justification). Pengetahuan (knowledge) adalah irisan himpunan dari ketiga hal tersebut (sebagaimana yang terdapat dalam gambar).

Rumusan klasik ini terdapat dalam teks Plato yang berjudul Theaetetus, Θεαίτητος: "έστιν ουν επιστήμη δόξα αληθής μετά λόγου" (201d). Pengetahuan di sini adalah επιστήμη (episteme), kepercayaan adalah δόξα (doxa), kebenaran adalah αληθής (alethes), sedangkan λόγου (logou) di sini artinya penjelasan. Jadi pengetahuan bukan semata-mata kepercayaan yang benar saja, namun kepercayaan benar yang disertai dengan λόγου atau alasan/penjelasan, kepercayaan benar yang terjustifikasikan.

Mungkin karena saya membahas masalah pengetahuan berangkat dari doxa, belief, kepercayaan, seperti halnya Plato mencoba membedakan secara tegas antara episteme (I know) dan doxa (I believe), ada yang bertanya bagaimana hubungan ini dengan iman atau faith?

Karena saya berangkat dari istilah Yunani, saya mencari istilah itu dalam bahasa Yunani yang akhirnya saya temukan yakni πίστις (pistis). Sebetulnya pada waktu itu saya tidak tahu secara pasti bagaimana hubungannya. Saya menjawab bahwa semuanya terhubung dengan kebenaran (truth), hanya saja perbedaannya pengetahuan membutuhkan justifikasi yang sifatnya empiris dan atau rasional untuk dapat dinyatakan sebagai pengetahuan sedangkan iman tidak membutuhkan itu semua. Segala hal yang dapat terjustifikasi secara empiris-rasional tidak membutuhkan iman. Iman mengatasi ini semua. Ini merupakan jawaban spontan saya ketika itu.

Pagi harinya, saya tidak terlalu yakin dengan jawaban yang saya sampaikan semalam. Saya mencoba mencari tahu mengenai hal ini lebih lanjut. Karena ketika membahas pengetahuan saya berangkat dari teks Yunani yang berjudul Theaetetus dari Plato. Agar setara saya mencari tahu definisi iman dari Alkitab Perjanjian Baru yang berbahasa Yunani. Definisi ini saya temukan dalam Surat kepada Orang Ibrani (11.1) yang berbunyi Ἔστιν δὲ πίστις ἐλπιζομένων ὑπόστασις, πραγμάτων ἔλεγχος οὐ βλεπομένων" dalam bahasa Indonesia "Iman (πίστις, pistis) adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat" (Ibrani, 11.1).

Secara khusus saya belum pernah membaca definisi ini sebelumnya. Setelah membacanya saya berkesimpulan apa saya sampaikan tadi malam ternyata tidak jauh berbeda. Terkait dengan bukti atau justifikasi, di sini dikatakan bahwa iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat. Tidak salah jika semalam saya mengatakan iman (pistis) tidak membutuhkan justifikasi empiris-rasional sebagaimana pengetahuan (episteme).

Jika kita lihat dengan seksama, ada perbedaan besar antara iman (pistis) dengan pengetahuan (episteme). Ibarat keduanya memiliki kutub yang berbeda, yang satu adalah kutub Yerusalem (atau Mekah sebagai alternatif lain) yang menjadi jangkar dari iman sedangkan yang lainnya adalah kutub Athena yang menjadi jangkar dari pengetahuan. Tentu saja meskipun berbeda kita dapat menggunakan kedua hal ini secara bersamaan. Usaha mengharmoniskan hubungan antara keduanya telah berusaha dilakukan orang selama berabad-abad.

Persoalannya, iman yang coba untuk dirasionalkan diselaraskan dengan indera dan akal budi bukanlah iman lagi. Kalau iman sudah terjustifikasi secara empiris-rasional bukankah ia berhenti sebagai iman?

*Novian Widiadharma, dosen Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta