Nurfadilah, Alumni AFI yang Kuliah di Shanghai University China

Nurfadilah, alumni AFI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nama lengkapnya Nurfadilah, tetapi teman dan keluarga biasa memanggilnya Dila. Lulusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) tahun 2018 ini sekarang sedang menempuh pendidikan Master Hubungan Internasional dan Diplomasi di Shanghai University, Shanghai, China.
Belajar di luar negeri memang menjadi keinginan terbesar perempuan kelahiran Bangkalan tahun silam. Selama belajar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia banyak terinspirasi para dosen lulusan luar negeri. Menurutnya, mereka selalu memberi motivasi lewat cerita-cerita tentang kegiatan belajar dan kehidupan kampus luar negeri.
“Saya bersyukur dapat belajar di UIN Sunan Kalijaga. Banyak dosen luar biasa di sana. Mereka tidak hanya memberikan pengetahuan dan membimbing belajar, tetapi juga menginspirasi, lewat pengalaman. Saya berkeinginan belajar ke luar negeri karena mereka membuka jendela imajinasi saya untuk melihat dunia Pendidikan di luar (negeri),” katanya.
Sebelum menerima beasiswa Chinese Government Scholarship, Dila tercatat beberapa kali terlibat kegiatan di luar negeri. Pada tahun 2013 misalnya, Ia berkesempatan mengikuti student exchange di Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand dan saat memasuki semester ke-VI, pada 2014, Perempuan asal Sarang, Rembang, tersebut menghadiri Konferensi pemuda 32 negara, di India.
Adapun saat ditanya motivasinya hingga sampai di Negeri Tirai Bambu, mantan “Mahasiswi Abadi” yang lulus 14 semester itu menilai kegagalan adalah pijakan untuk melompat lebih jauh.
“Kesalahan itu bukan untuk diratapi ataupun disesali, tetapi selalu jadikan itu sebagai cermin untuk menjadi lebih baik dan melakukan lompatan--yang mungkin bagi beberapa orang, hal itu tidak terpikirkan akan mampu dilakukan oleh orang seperti kita,” jawabnya.
“Meski demikian saya tidak terlalu menyesali keterlambatan itu, karena rasanya sepadan dengan apa yang saya dapat hari ini. Pengalaman dan jaringan mengatarkan saya pada titik ini. Poinpentingnya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan itu dengan baik dan tentunya bermanfaat untuk orang lain. Tapi pesan saya, kalau bisa cepat kenapa harus lambat,” lanjut Dila riang, sembari mengenang keterlambatannya menyelesaikan S1.
Bisa sampai merasakan dinginnya China, Dila akui bukan usaha dirinya semata, tetapi banyak rekan-rekannya yang turut membatu dan memotivasi. Apalagi ia cukup banyak terlibat organisasi mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus.
“Kalau pengalaman organisasi, saya tahun 2014 menjabat sebagai Pengurus Harian SEMA-F Ushuluddin dan Pemikiran Islam sembari aktif di LPM Humaniush. Soal menulis sampai saat ini juga masih aktif di salah satu media online nasional, Beritabaru.co”, pungkasnya. (au)